Selasa, 26 Desember 2023

CINA

Wah udah lama banget ya ngga nulis di blog, ini kalo rumah pasti udah minta renov gegara saking lamanya ngga ditinggalin, boro-boro ngerawat. Sebenernya di dalam otak ini buanyak banget yang mau ditulis, apalagi pas jaman covid masih anget-angetnya, isi kepala kayak mau pecah karena saking banyaknya fenomena yang bikin aku overthinking. Padahal sebenernya pelarian dari semua itu ya sebenernya nulis ya. Ini gara-gara semalam akhirnya baru nonton film Cek Toko Sebelah 2 di Netflix dimana scene Koh Afuk merecall momen dimana dia benci sama pribumi karena pernah menjarah dagangannya di masa reformasi, hanya karena dia "Cina". Memori itu bikin dia sakit ati banget sampe susah buat dilupain. Karena scene itu aku jadi keinget temen2ku di masa SMP dan beberapa rekan kerja yang dijuluki "Cina".


Etnis Tionghoa atau Cina tergolong salah satu etnis terbesar di Indonesia, menurut data dari Kompas jumlahnya mencapai 1,7 juta jiwa pada Tahun 2000. Sebenarnya mungkin bisa bertambah, tapi karena sebagian etnis Tionghoa di Indonesia menyematkan etnis pribumi pada identitasnya, seperti Jawa atau Sunda untuk bisa dianggap sebagai "warga lokal". Desclaimer, blog ini bukanlah blog edukasi ya, hanya sebagai wadah penyampaian opini pribadi atas pengalaman-pengalaman pribadi juga.

Minggu, 15 Desember 2019

Tenangnya Pulau Timah Putih

Akhir tahun ini aku berkesempatan mengunjungi Pulau Belitung aka Belitong yang sudah lama aku impi-impikan. Bersama istri tercinta kami mengunjungi beberapa tempat menarik dan hits yang ada di pulau tersebut. Ada apa aja sih di Billiton? Yuk disimak

1. Replika Sekolah Laskar Pelangi
SD Muhammadiyah Gantong yang dijadikan sebagai tempat syuting film hits pada jamannya, ya Laskar Pelangi (2008). Dan sebab film itu juga Pulau Belitung bisa setenar seperti sekarang, sepanjang kota menamainya serba-serbi Laskar Pelangi. Thanks to Andrea Hirata, Riri Riza and many more yang telah menorehkan catatan indah di pulau yang indah ini.





2. Dermaga Kirana
Tak jauh dari Replikasi Sekolah Laskar Pelangi, cuma berseberangan jalan, ialah Dermaga Kirana, dermaga yang dibuat unik dengan ikon menyerupai keong khas Belitung (disebut Belitong dimana nama pulau ini ada).

Minggu, 15 September 2019

Ambulans dan Empati

Pagi buta mekarlah bunga, ayam berkokok pratanda cinta
Rembulan dan merpati berganti, tapi tak saling mengganti
...

Halo sobat blogger, udah lama banget aku ngga nulis. Mungkin kalau niat di hati ini segera terealisasi, sudahlah terbit beberapa tulisan di dinding beranda ini.


Mobil Ambulans Lewat? Langsung Kasih Jalan Dong!
Gambar Ilustrasi, sumber : kompasiana
Ambulans dan Empati, jadi ceritanya budhe aku sakit dan pertu CT Scan untuk ngecek kondisi kepala. Karena CT Scan di rumah sakit di Jepara rusak, maka harus dirujuk ke Kudus, maklum ya karena kota kecil hehe. Nah nganter ke Kudusnya sendiri pake ambulans.

Sekilas cerita tentang jalan Jepara-Kudus yang sering aku lewati paling tidak seminggu dua kali, karena aku bekerja di Kudus dan tinggal disana sedangkan rumah ada di Jepara. Kondisi jalan sudah beraspal mulus, kelas jalan Nasional (Jepara-Gotri) dan Provinsi (Gotri-Kudus). Meskipun kelas nasional, tapi lebar jalan di Jepara tak selebar jalan Pantura apalagi yang sudah dibuat median. Jepara dan Kudus merupakan salah satu kota yang dikenal dengan industrinya, Jepara dengan furniture dan Kudus dengan rokok, dan sekarang ini Jepara justru menjadi lokasi favorit eksodus perusahaan-perusahaan asing padat karya dari Jabodetabek dan Jatim. Jadi bisa dibayangkan betapa padatnya jalur yang akan kami lewati, bahkan kalau weekdays terjadi kemacetan panjang di beberapa titik. Jarak Jepara-Kudus sekitar 30 km dan dengan gayaku nyetir, biasanya membutuhkan waktu paling tidak 80 menit.

Sebenarnya sudah lama ingin aku menulis tentang ambulans dan kaitannya dengan rasa empati masyarakat sampai akhirnya aku sendiri yang diberikan kesempatan untuk pertama kalinya naik mobil itu. Karena aku sering jengah dengan kelakukan masyarakat kita yang masih acuh kalau ada ambulans lewat.

Sepanjang perjalanan aku menjadi pengamat sambil memegang tangan Budhe yang selalu beristighfar. Aku lihat banyak pengemudi yang sudah mulai sadar ketika mendengar sirine. Mereka mulai pasang sign kiri lalu minggir, tapi tidak sedikit juga yang masih acuh, terutama mobil dengan plat kota tertentu. Aku bukanlah tipe orang yang suka menjadikan stereotip warga kota tertentu, aku hanya mengamati, mungkin ini kaitan dengan kebiasaan di lingkungannya karena "desa mawa cara". Begitupun dengan kelakukan kendaraan roda dua, masih banyak yang suka selap-selip padahal sudah jelas ambulans mau lewat.

Ini menjadi tugas dan tanggung jawab bersama untuk mengedukasi dan memberikan penyadaran kepada mereka yang belum tergugah hatinya. Aku pribadi mengajak rekan-rekan semua dimulai dari diri sendiri dengan bersikap empati di jalan, terutama ketika ada kendaraat darurat yang hendak lewat seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran. Selain itu juga mengajak yang lainnya dengan menyebarkan seruan secara langsung maupun media sosial, agar orang lain tertular energi positif kita.

Namun, dari pengalaman kemarin aku bersyukur ternyata banyak orang kita yang sudah terbentuk rasa peduli dan empatinya. Juga tumbuh rasa optimis dengan masa depan masyarakat yang semakin beradab. Alhamdulillah.

Satu hal yang membuat aku semakin takjub adalah kehadiran mas-mas pencari jalan untuk ambulans. Sebenarnya aku sering melihat mereka ini ketika ada ambulans lewat, tapi sekarang aku yang merasakan kebaikan mereka. Bak seorang superhero, mereka muncul secara tiba-tiba dan saat keadaan sudah darurat. Waktu perjalanan ke Kudus, seseorang datang saat sudah di Mayong, dan waktu balik ke Jepara, dua orang muncul saat di Gotri Kalinyamatan. Mungkin mereka ini semacam komunitas atau belum tentu juga. Yang pasti suatu saat aku pengen ketemu dengan mereka, meski hanya sekedar berucap terima kasih. Mereka yang sudah dengan sigap dan siap mempertaruhkan keselamatannya untuk mencarikan jalan bagi mobil ambulans. Dalam hal ini, mereka-merekalah yang secara tidak langsung mengedukasi masyarakat dalam berempati saat mobil ambulans lewat. Ya, aku selalu takjub dengan orang-orang yang terbangun jiwa sosialnya. Sayang, aku ngga sempat pegang ponsel untuk mengambil gambar.

Yang harus selalu kita ingat, ketika ada ambulans lewat dan sirinenya berbunyi, ia sedang membawa pasien kritis yang membutuhkan pengertian kita. Pasien tersebut perlu segera sampai ke tempat tujuan untuk memperoleh pertolongan. Atau ambulans tersebut sedang membawa jenazah yang harus segera disemayamkan. Maka berikanlah jalan. Posisikan diri kita sebagai keluarganya yang cemas di dalam mobil ingin cepat sampai, atau posisikan diri kita sebagai orang yang sakit dan butuh pertolongan segera. Itulah empati, yang harus tumbuh di dalam hati.

Sekarang saatnya aku, kamu, dan kalian semua yang mengambil peran. Yuk sebarkan semangat positif mas-mas itu lewat perilaku dan media sosial yang kita punya. Mari kita bantu pemerintah kita mewujudkan masyarakat kita yang lebih beradab. :)

Pagi buta mekarlah bunga, ayam berkokok pratanda cinta
Rembulan dan merpati berganti, tapi tak saling mengganti
Tuhan ciptakan hati manusia, untuk diisi cinta
Ambulans dan empati datang, untuk melunakkan hati

Senin, 20 Agustus 2018

Orang-Orang Besar


Sudah lama sekali tak kusapa kau Tuan Blog, halo apakabarmu? Masih setia menampung coretan-coretanku ya.

Kamu tahu, ada seseorang yang sangat dicintai oleh Rasulullah, dan seringkali membuat istri-istrinya cemburu? Ialah Siti Khadijah ra. Pengorbanan yang ia berikan kepada Allah dan RasulNya sangatlah besar, hingga ia menjadi umat yang dikasihi oleh Allah SWT.

Dalam kisah cinta Rasulullah SAW bersama Khadijah, sebagian orang mengambil nilai-nilai kasih sayang antara keduanya yang indah dan begitu romantis. Saling memahami, mengasihi, dan semuanya berjalan indah melebihi kisah cinta pasangan manapun. Namun sebagian lagi, memaknai nilai-nilai yang lebih dari itu. Pengorbanan yang dilakukan oleh Khadijah semata tak hanya karna cintanya kepada Muhammad, lebih besar dari itu, bahkan sampai ketika telah wafat pun, Ia rela tulang belulangnya dijadikan jembatan ketika Rasulullah tak dapat menemukan perahu dan sampan untuk menyeberangi lautan. Semua berkat imannya kepada Sang Khaliq.

Itulah kisah Khadijah, salah satu orang besar yang menginspirasiku tentang makna sebuah cinta dan pengorbanan. Orang-orang besar, mereka mempunyai pemikiran besar, tak cukup memikirkan dirinya sendiri. Ia disibukkan dengan memikirkan orang lain. Harta dan kedudukan Khadijah di mata kafir Quraisy ia pertaruhkan agar umat kala itu menjadi pengikut Muhammad, Ia ingin agar semua memperoleh rahmat yang sama.

Aku suka bergaul dengan orang-orang besar, pemikiran besar mereka turut membawaku berpikir besar, tidak egois. Sebab orang-orang besar itu selain bercita-cita besar, juga memiliki jiwa yang besar. Mereka orang-orang yang lapang hatinya, ikhlas dalam pengorbanan, dan tak pernah larut dalam keluhan. Orang-orang besar juga bermental besar, tak jarang mereka lemah dalam fisik, namun sebab mental mereka yang sudah kokoh, berdiri di atas karakter yang kuat, ia lantas tak mudah tumbang. Justru kelemahan yang ia punya mampu dijadikan sebagai siku-siku yang mendorong kemajuan. Nasihat untuk kita, “Kita boleh lemah fisik, tapi mental kita tak boleh lemah”. Sebab Michael Phelps, Nick Vujivic, dan Handry Santriago terlahir dengan ketidaksempurnaan, namun dengan mental yang kuat, mereka mampu bangkit dan menginspirasi banyak orang.

Sabtu, 21 April 2018

Dukungan Dari Seorang Ayah


Bercerita tentang sosok Raden Ayu Kartini, putri dari seorang Bupati Jepara yang hidup dalam masa feodalisme. Gadis kecil cerdas yang tumbuh di tengah lekatnya adat Jawa yang kaku di masa itu. Di balik perjuangan Kartini membebaskan diri dan kaumnya dari keterkekangan, terdapat berbagai sosok yang juga turut mendukung langkahnya, mereka ialah kakaknya, Sosrokartono, ayah dan ibunya, sahabat penanya, Stella, dan banyak lagi. Kalau menilik perjuangan Kartini dan dua saudaranya, Rukmini dan Kardinah, tidaklah mudah. Namun, langkahnya itu dapat terbantu berkat jasa ayahnya, yang juga menjabat sebagai seorang Bupati.

Ragamu boleh terkurung, tapi jangan pikiranmu.

Belajar dari kehidupan seorang Kartini, memiliki ayah yang senantiasa mendukung gerak langkahnya, aku pun merasa berada pada posisi yang sama. Aku bersyukur Allah menitipkanku pada seorang ayah, dan tentunya ibu, yang selalu mendukung dan mempercayaiku dalam mengambil langkahku sendiri.

Sejak duduk di bangku sekolah, Bapakku selalu membebaskanku dan memberikan kepercayaan penuh padaku dalam mengatur pendidikanku. Beliau memang mengarahkan, tetapi tidak mengekang. Beliau menasihati, tapi tak menghakimi. Begitu kurang lebih cara beliau mendidikku.

Saat di luar sana banyak orang tua yang tidak memperbolehkan anak-anaknya untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstrakulikuler karena takut nilai akademisnya tidak maksimal, Bapakku justru mengijinkanku mengikuti berbagai kegiatan yang aku mau. Beliau hanya sesekali mengingatkan aku tentang konsekuensi yang harus aku hadapi, apakah itu? Bukan nilai akademis yang mungkin akan turun, tetapi tuntutan manajemen waktu yang harus aku hadapi. Orang lain mungkin bisa menghabiskan waktu berjam-jam bermain video games atau berlama-lama nongkrong di café, tapi aku tidak. Itu saja konsekuensinya? Oh tentu bukan, aku juga masih bisa kok bermain games dan nongkrong di café bersama teman-teman. Atau bahkan kumpul sambil menyewa film, tapi aku masih punya segudang “PR” yang harus segera diselesaikan.

Ya, itu salah satu hal yang aku syukuri dalam hidup. Memiliki sesosok ayah yang mempercayaiku dengan penuh. Kepercayaan itu yang menjadi modal bagiku untuk melangkah tanpa beban. Namun, kepercayaan sebagai modal yang sudah di genggaman harus dipegang teguh, jangan sampai ternodai. Sebab benar kata orang bijak, meraih itu mungkin mudah, tapi mempertahankan akan sulit. Kepercayaan yang telah diberikan jangan disia-siakan, pegang teguh kepercayaan itu, jalani dengan penuh amanah. Sebab ia yang mampu membebaskanmu menjalani dirimu dengan pilihanmu sendiri. Bagaikan Kartini, menentang kekakuan adat yang mengurung kebebasan wanita untuk menuntut ilmu. Ia mendapatkan kepercayaan penuh dari Sang Ayah hingga akhirnya ia berhasil meyakinkan ayahnya terhadap cita-cita yang hendak ia capai.

Jepara, 21 April 2018.

Jumat, 08 Desember 2017

Membuka Hati Untuk Peduli

Sebaik - baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia (HR Ahmad)



Hari yang panas itu aku mengantar Ibuku pergi ke pasar untuk membeli keperluan rumah. Di samping tempat aku memarkirkan kendaraan, terdapat tumpukan sampah yang belum diangkut oleh petugas. Seorang lelaki tua mendekati tumpukan sampah tersebut lalu diambilnya sebuah mangga yang mungkin sudah dianggap tak laik oleh penjualnya sehingga dibuang. Lalu dimakannya buah mangga itu dengan cepat dan lahap, ia tampak sangat lapar sehingga tak sampai 2 menit mangga ditangan tinggal tersisa bijinya.

Sahabat, dengan sepenggal cerita di atas, sepatutnya kita tersadar bahwa di sekitar kita masih banyak saudara yang kondisinya jauh dari apa yang ada pada diri kita sekarang. Mereka yang jangankan untuk membeli baju, bahkan untuk membeli nasi setiap hari saja mereka tak sanggup. Atap rumahnya mungkin berbahan pelepah kelapa yang tembus terik matahari atau masih membasahi lantai ketika hujan lebat tiba, dindingnya reot dan alasnya terbuat dari tanah.

Saat melihat realita yang ada di sekitar kita, coba renungkan sejenak, tanyakan dalam relung hati yang paling dalam, masihkah ia peduli.

Minggu, 12 November 2017

Amalan - Amalan Kecil

Masih terngiang dalam ingatan sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar, lewat materi PPKn Bapak / Ibu Guru mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Contoh kecil bagaimana etika ketika kita sedang bersepeda dan hendak lewat di depan orang tua, menyingkirkan batu yang ada di jalan raya, atau hal - hal sederhana lain yang berkaitan dengan hidup sebagai manusia.

Kini banyak dari kita mungkin telah melupakan ajaran tersebut, atau mungkin pernah tahu dan enggan untuk mempraktikan.

Lewat tulisan ini aku hanya ingin mengajak saudara - saudaraku sekalian untuk terus beristiqomah dalam melakukan kebaikan, meskipun hanya amalan - amalan kecil.

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).


Amalan - amalan kecil itu sesungguhnya sangat ringan untuk dikerjakan. Apalagi sesungguhnya Allah menyukai amalan - amalan kecil yang dikerjakan terus menerus (secara istiqomah).

Apa saja sih amalan - amalan kecil itu?

1. Tersenyum
Pernah dengan lagunya grup nasyid Raihan? Senyumlah, itulah sedekah yang paling mudah, tiada terasa berhutang budi.