Senin, 07 Juli 2014

Memburu Kuliner di Kota Hujan


Bogor, Kota Hujan ini selain megantongi banyak catatan sejarah juga merupakan tempat yang tepat untuk mencari khasanah kuliner nusantara. Bagaimana tidak, contohnya saja di sepanjang Jalan Surya Kencana atau lebih tepatnya di Gang Aut, para pedagang rumahan dan kaki lima berdiri berjajar menjajakan dagangannya. Beraneka jenis makanan dan minuman ditawarkan dengan tampilan yang menggugah selera.

Perjalanan ke Bogor kali ini kita mulai dari Stasiun Sudirman. Sebenarnya akhir pekan di Bulan Ramadhan kali ini merupakan waktu yang kurang tepat untuk menikmati Bogor, dan terbukti begitu Commuter Line jurusan Bogor datang, kereta listrik itu sudah penuh sesak dengan manusia. Rasanya hampir sudah tak muat lagi menampung kami para penumpang dari Sudirman. Kalau menggunakan istilah Mpok Jupe, ini kereta sampe tumpeh-tumpeh deh. Satu jam perjalanan dengan kaki berdiri rasanya cukup menjadi coba puasa hari itu. Begitu sampai di Bogor kami disambut riuhnya mobil angkot yang rame di jalanan. Ya, selain dikenal dengan Kota Hujan, Bogor juga dikenal dengan Kota Seribu Angkot.

Jalan Surya Kencana menjadi tujuan utama kita. Di sana sudah berjajar para pedagang aneka makanan dan minuman khas Bogor. Seketika setelah mencari masjid untuk sholat, kita langsung kalap, rasanya ingin membeli semua yang ada di sana. Makanan pertama yang kita beli adalah Soto Kuning yang berada tepat di seberang Bank Mandiri Surya Kencana. Lapak sederhana milik keturunan Arab ini sangat ramai dikerumuni pelanggan. Bayangkan saja, dalam waktu kurang dari 2 jam, makanan yang dijajakan sudah ludes dijual. Kita pun hampir saja kehabisan, hanya mendapatkan sisa-sisanya. Lapak milik Bang Ali ini setiap harinya buka pukul 4 sore, dan segera tutup setelah dagangannya habis. Menurut penuturan Mas Agus, saat hari biasa (bukan dalam moment Ramadhan) dipastikan antrean Soto Kuning ini bisa lebih panjang. Aku sendiri ngga bisa membayangkan gimana rasanya mengantre demi seseruput Soto Kuning yang lezat ini. Makanan pertama, recommended.

Sambil menunggu Soto Kuning kita disiapkan, dan memang karena belum memasuki waktu berbuka, kita mencari-cari kudapan yang lain. Ada Es Cincau, Manisan, Laksa Bogor, dan Dongkal. Apa itu Dongkal? Menurutku sendiri Dongkal ini mirip dengan Gethuk (Jawa). Terbuat dari bahan beras, kelapa, dan gula jawa. Dalam penyajiannya, Dongkal dicampur dengan talas rebus, gula pasir, dan kelapa parut. Seporsi hanya Rp 10.000 dan dapat sebungkus Dongkal yang gede.

Setelah berbuka dengan Soto Kuning, perburuan kuliner kita belum berhenti. Masih di Jalan Surya Kencana, perjalanan kita lanjutkan untuk mencari primadona yang aku idam-idamkan. The Queen of The Dish, Asinan Bogor. Toko aka Warung yang kita tuju adalah Gedung Dalam. Konon, Gedung Dalam ini mempunyai asinan yang terenak seantero Bogor dan namanya sudah tersohor hingga ke negeri seberang. Sayang sungguh disayang, begitu kita sampai di sana, warung akan tutup, kita tidak bisa menikmati asinan di tempat. Tapi tenang, masih bisa dibungkus kok. Ada sebungkus asinan sayur dan sebungkus lagi asinan buah. Dari tampilannya, aku sudah tergoda, ngga sabar ingin segera menyantapnya.

Dari Gedung Dalam, Petuangan Sadam (masih saudaraan sama Petualangan Sherina) berlanjut ke Surabi Duren. Rian yang juga pecinta duren sudah ngiler sepanjang perjalanan. Dua buah Surabi Duren dan sebuah Surabi Coklat Keju pun datang. Kok coklat keju, bukan duren? Ya, sepertinya aku salah memesan, niatnya pengen bilang duren coklat keju, tapi yang tersampaikan hanya coklat keju. Ah, menyesal. Tapi soal rasa, ngga kalah dengan yang lain.

Itulah ulasan singkat perjalanan memburu kuliner di Kota Bogor. Hujan malam itu menjadi pelengkap perjalanan balik kami menuju Jakarta. Terima kasih Bogor, dan tentu terima kasih Mas Agus atas jamuan yang luar biasa.
Es Cincau

Dongkal, Gethuk Ala Bogor

Suasana Jalan Surya Kencana aka Gang Aut

Bapak Panjual Soto Kuning

Lapak Soto Kuning


Gedung Dalam, Tempat The Queen of The Dish

Tidak ada komentar:

Posting Komentar